Catut Nama TNI Soal Penghentian Sementara Sejumlah Jetty Di Konut, Kapenrem 143/HO Beri Klarifikasi

Konawe Utara, Sultrupdate.id – Humas PT Bososi mengungkapkan telah terjadi insiden mengejutkan terjadi di Jetty PT Bososi. Saat itu, sebuah kapal Tongkang dengan nomor DBS 3708 tiba-tiba sandar tanpa konfirmasi atau izin dari pihak PT Bososi, Sabtu 20 Mei 2023.

Menurut Sudirman, Humas PT Bososi, kapal tongkang tersebut diduga datang untuk mengambil ore nikel yang telah ditinggalkan oleh para kontraktor sebelumnya, dengan jumlah kurang lebih 100 metrik ton.

Kejadian ini semakin kompleks dengan kehadiran oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) termasuk oknum POM, Intel, dan oknum anggota berseragam loreng. Menurut informasi yang berkembang, oknum TNI yang terlibat tersebut diperintahkan oleh Danrem 143 Haluoleo.

Setelah klarifikasi dilakukan, pihak TNI meminta bertemu dengan pihak Bososi, tetapi permintaan mereka ditolak karena tidak ada konfirmasi atau izin yang diberikan oleh manajemen Bososi yang berada di Jakarta.

“Namun, pihak TNI memaksa untuk bertemu dan saya turun untuk melakukan pertemuan dengan harapan dapat menghentikan tindakan yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut,” ungkap Sudirman, Sabtu 20 Mei 2023.

Bukannya dapat solusi, jawaban yang diterima oleh pihak PT Bososi yaitu pihak TNI menyatakan bahwa penghentian aktivitas itu akan tetap dilanjutkan tanpa memedulikan siapapun yang menghalangi. Satu-satunya cara untuk menghentikan tindakan ini adalah jika ada perintah langsung dari Dandrem.

Masih kata Sudirman, jika Dandrem memerintahkan penghentian hari ini, maka aktivitas akan dihentikan sesuai dengan perintah tersebut.

BACA JUGA :  Aksi Mogok Kerja Oleh Puluhan Karyawan PT. OSS dan PT. VDNI Dinilai Tidak Memenuhi Syarat

“Kami turun untuk meminta agar kami dapat melanjutkan aktivitas kami dan menghentikan tindakan yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut. Namun, kami dihadapkan pada penolakan dan tidak diizinkan melakukan aktivitas oleh oknum TNI tersebut,” bebernya.

Atas tindakan tersebut, pihak PT Bososi menganggap tindakan ini sebagai penyalahgunaan wewenang oleh Danrem 143 Haluoleo Kendari. Selain itu, mereka juga melakukan pengambilan paksa atau pencurian ore nikel yang sebenarnya merupakan milik perusahaan Bososi.

Meskipun ore tersebut telah ada sebelumnya, namun telah ada kesepakatan (MoU) dengan kontraktor sebelumnya. Selain itu, mereka juga menggunakan aparaturnya untuk melakukan intimidasi terhadap pihak Bososi dan tim pengamanan.

Situasi ini lanjut Sudirman sudah sangat meresahkan dan dirinya berharap pihak yang berwenang dapat melakukan investigasi dan menindaklanjuti masalah ini sesuai dengan hukum yang berlaku.

“Kami juga berharap agar keamanan dan integritas perusahaan Bososi dapat dipulihkan serta aktivitas kami dapat berjalan tanpa gangguan yang tidak sah,” harap Sudirman.

“Kami akan terus memantau perkembangan situasi ini dan bekerja sama dengan otoritas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan,” pungkasnya.

Sementara itu, Plh Kapenrem 143/Halu Oleo (HO), Lettu Inf Rusmin Ismail, memberikan klarifikasi terkait penghentian sementara operasi sejumlah Jetty di Konawe Utara oleh oknum yang mengaku sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI AD).

BACA JUGA :  KABAG Fasilitas Pengawasan dan Penganggaran Sekretariat DPRD Konsel Pastikan Pelantikan Dewan Terpilih Sesuai Jadwal

Lettu Inf Rusmin Ismail, menyampaikan bahwa pernyataan tersebut adalah benar adanya.

Namun, Lettu Inf Rusmin Ismail menegaskan bahwa tidak ada penutupan Jetty yang dilakukan oleh aparat TNI di Sembilan Jetty yang berada di Marombo.

Langkah yang diambil oleh TNI hanyalah turun ke lokasi pertambangan untuk mencari oknum-oknum yang selama ini mengatasnamakan Danrem 143 Haluoleo dalam setiap aktivitas pertambangan di Konawe Utara.

Kata dia, TNI dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada penutupan atau penghentian aktivitas di sembilan Jetty tersebut. Aktivitas pengapalan di Jetty tersebut tetap berlangsung seperti biasa.

“TNI akan terus melaksanakan pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambangan di Konawe Utara, dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua kegiatan berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak melibatkan oknum yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Rusmin Ismail menghimbau kepada seluruh pihak yang terlibat dalam industri pertambangan di Konawe Utara untuk bekerjasama dengan aparat TNI dalam menjaga keamanan dan ketertiban serta memastikan keberlanjutan operasional yang terkendali.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah okknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Angkatan Darat (AD), menutup sembilan pelabuhan Jety di, Kabupaten Konawe Utara (Konut) pada jumat 19 Mei 2023 kemarin.

Dari sembilan Jety yang ditutup oleh oknum TNI AD ini, diantaranya, Jety BOSOWA,UBP, Bososi, dan Apolo. Padahal, Jety atau terminal khusus (Tersus) tersebut telah mengantongi izin penggunaan Tersus dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Komentar