Jelajah di Torobulu, Ada PT WIN dan Emak Emak Viral

Sajian berita ini berjenis feature, tulisan jurnalistik yang memadukan berita dan opini, dengan gaya bercerita (story telling) dan human interest

Sajian berita berjenis feature, tulisan jurnalistik yang memadukan berita dan opini, dengan gaya bercerita (story telling) dan human interest

SultraUpdate.id – Sejak viral sejumlah potongan video berdurasi menit pada aplikasi TikTok, jagat maya seketika itu heboh, ada yang mengecam, ada yang masa bodoh, ada pula yang kejam menyiksa dirinya. (potongan lirik lagu kupu-kupu malam)

Betapa tidak, video emak-emak menghadang aktivitas alat berat PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) yang menambang di pemukiman warga dibagikan berulang-ulang pada platform media sosial. Ibah melihatnya. Alhasil memutuskan jelajah ke Torobulu. Ini akan menjadi perjalanan menarik, disamping liputan juga rekreasi, kali pertama berkunjung kesana.

Perjalanan dimulai. Ditemani dua wartawan lainnya, Fandi (Kendari Pos) dan Ramaludin (Rakyat Sultra) kami berangkat dari Kendari menuju Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan. Kurang lebih dua jam menyusuri kampung demi kampung, azan salat Jum’at pun berkumandang.

Lantunan indah itu rupanya bersumber dari istanah mulia tengah pemukiman warga. Masjid Nurul Jihad Desa Torobulu. Kami tiba tepat pada waktu salat.

Seusai Salat, kami segera mencari makan di tepi dermaga Torobulu. Menyaksikan antrian penumpang yang hendak berlabuh menuju pulau Muna, belum lagi pemandangan panorama yang maha mempesona, laut teduh seolah bermanja mengemis pujian “akulah keindahan.

Suasana itu bertambah nikmat ketika mencicipi ikan dan cumi bakar, puas tak berkata, tanpa satire lagi. Cukup Alhamdulillah tenaga kami kembali pulih semangat bertambah. Terimaksih emak warung.

Setelah menyantap, saatnya bertugas. Kami kembali ke kompleks pemukiman menemui emak-emak yang menghadang alat berat tempo hari, maksud mencari ada apa gerangan.

Pukul 13.00 Wita waktu setempat, berbekal video viral kami melacak dan berhasil menemukan keberadaan emak-emak. Sayang, tak satupun dari mereka restu untuk dijumpai. Padahal, kami sudah berulangkali keliling di Dusun 1 Kampung baru Desa Torobulu tempat huni emak- emak viral itu.

Beruntung kami mendapatkan kontak Ibu Ani salah satu pendemo.

“Saya lagi sibuk mau ke pesta pak,”jawabnya singkat saat kami bermohon berkunjung ke rumahnya.

Kita temui saja bu Santi (nama samaran) lalu kami meminta agar diberikan kontaknya.

Satu menit berlalu nomor bu Santi kami dapatkan. “Halo ibu, saya lagi di kampung baru, apa bisa saya wawancara langsung, kebetulan kami dari wartawan,” kata saya langsung tanpa kalimat pembuka dan puja pujian, hormat menghormati.

Sempat kaget dan menolak memberikan keterangan, begitu reaksinya, tapi sesaat kemudian bu Santi berkenaan memberikan keterangan.

“Begini sebenarnya pak, ituji yang kami proteskan ini perusahaan sudah meresahkan karena sudah menambang di pemukiman warga,” keluhnya.

Itu yang di simpang tiga Torobulu ada tower jaringan, memang jauh rumah kami dari situ sekitar sekilo tapi kan kita tidak tau nanti-nantinya dampaknya pak,” tambahnya dengan nada kesal.

Diakuinya para pemilik rumah yang lahan belakang rumahnya digarap PT WIN memang tidak keberatan dan tidak ikut serta dalam aksi demo tempo hari.

Hanya saja, kata dia reaksi mereka itu merupakan langkah antisipasi kalau perusahaan bergeser dikompleksnya.

Saat ditanya apakah terjadi penambangan dikompleks perumahan emak-emak lain yang ikut demo, ibu Santi menegaskan tidak, dan belum terjadi. Diulanginya aksi menghadang kemarin merupakan langkah antisipasi jika kemungkinan PT WIN bergeser lokasi dekat rumahnya nanti.

“Memang rumah kami masih jauh dari situ pak, tapi kan kami dengar- dengar mau pindah nanti, makanya kami antisipasi,” terangnya.

“Ibu lalu bagaimana dengan lahan yang diolah di simpang tiga itu, siapa pemiliknya?,” Timpal kami mendalami.

“Tidak tau juga saya, kalau kita disimpang tiga pak kita ke rumah pa Firman saja kebetulan dia juga kordinatorta kemarin,” seru bu Santi sambil pamit menutup telepon.

BACA JUGA :  Kapolres Konut Bersama Ketua Bhayangkari Cabang Serahkan Bansos Untuk Warga Terdampak Banjir

Telepon berkahir kami ke rumah pa Firman, menunggu kurang lebih 10 menit, pak Firman pun menemui kami.

Firman (baju gamis putih)

Kata Firman selaku kordinator. Penahanan alat yang terjadi tempo lalu ditenggarai oleh belum ketemunya pendapat antara PT WIN dan sejumlah masyarakat yang kontra.

Menurut dia, keresahan emak-emak itu karena aktivitas perusahaan dekat dengan pemukiman. Pihaknya menolak keras aktivitas dimaksud. Kendati diakuinya bahwa itu bukan lahan emak-emak, dan bukan belakang rumah warga yang menghadang alat itu.

“Keresahan warga itu yah karena sudah dipemukiman, kami sebelumnya mau ada pertemuan sebelum ada aktivitas yang dekat tower jaringan itu, tapi tiba-tiba hari Kamis itu kita sudah dengar alat, makanya kami hadang,”katanya.

Menurutnya, pihaknya tidak menolak kehadiran PT WIN karena sudah banyak manfaat yang diberikan, namun persoalan aktivitas dekat fasilitas umum itu tidak dibenarkan.

“Kami tidak ada solusi yang ditawarkan kecuali perusahaan tidak menambang di area dimaksud,”tegasnya.

Ditempat terpisah salah satu warga yang belakang rumahnya di garap PT WIN, Risma mengaku tidak keberatan. Katanya perusahaan telah membebaskan lahan dan itu masuk WIUP perusahaan.

“Disini semua rumah pak yang belakang rumahnya diolah itu tidak ada yang keberatan karena memang sudah dibebaskan, dan ada kesepakatan jarak, dan juga kompensasi,”singkat dia meyakinkan.

Kalau penambangan yang didekat tower dan viral itu memang lahan perusahaan, lahannya pa Kasman, termasuk itu saja tower mereka mengontrak lahan ke pa Kasman,”tutupnya.

Ditemui terpisah, Kepala Desa Torobulu, Nilham menjelaskan bahwa warga tidak menolak kehadiran PT WIN, hanya saja kata dia, atas kejadian yang viral dalam video di watshap group merupakan reaksi spontan sejumlah warga.

Nilham, Kepala Desa Torobulu

Alasannya, saat perusahaan beroperasi di simpang tiga dekat tower jaringan dinilai belum melakukan sosialisasi atau membicarakan dampak, jarak dan lain-lain.

“Awalnya ini saya lihat gerakan sejumlah warga merupakan kerisauan atau panik dengan adanya mobilisasi alat perusahaan yang belum sempat sosialisasi di lahan baru itu, memang itu lahan pak Kasman, humasnya tapi sejumlah warga kaget tiba tiba ada aktivitas disana, jangan sampai perusahaan pindah di kompleks mereka jadi mereka antisipasi,”urainya.

Perihal video lain yang beredar di tiktok telah terjadi penambangan di belakang rumah warga (jejeran rumah seblah kiri menuju pelabuhan) Nilham menegaskan bahwa warga bersangkutan tidak mempermasalahkan karena sudah sesuai dengan kesepakatan warga, perusahaan dan pemerintah desa.

“Jadi kalau video lain beredar tentang penambangan di belakang rumah warga itu memang ada kesepakatan, kecuali di dekat tower jaringan itu memang warga dari kampung baru datang menghadang, reaksi spontan sejumlah warga itu, karena mereka panik jangan sampai perusahaan pindah titik dilokasi baru dekat pemukimannya mereka,”paparnya.

Yang pasti, tambah Nilham, saat ini suasana di desanya aman dan damai, tidak ada riak, dan perusahaan sedang break. Dalam waktu dekat akan terjadi pertemuan.

Menurutnya pihaknya hanya bisa menengahi, karena disisi lain WIN diberikan izin pemerintah pusat, warga juga berhak memikirkan dampaknya.

Sementara itu, Kasman yang tak lain adalah Humas PT WIN sekaligus warga Torobulu tak menampik jika pihaknya telah melakukan penambangan di pemukiman warga atau dibelakang rumah warga.

Kepada awak media, Kasman dihari itu menunjukan sejumlah dokumen surat-surat tanah dan berita acara kesepakatan.

“Kami ini pak bukan menambang di Hutan, tapi di kampung yang disini banyak orang pintar, mana berani kami melakukan hal bodoh yang akan mencedrai perusahaan kami secara hukum,”tepisnya.

Bicara IUP, lanjut Kasman, pihaknya miliki, dan legal, lokasi juga masuk WIUP, dan sudah dibebaskan, warga sepakat, pemerintah juga demikian.

BACA JUGA :  Ombudsman RI Berikan Penghargaan Kepada Pemda Konawe Utara Atas Kepatuhan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Tahun 2024

“Coba kita sisir tanya semua masyarakat yang dibelakang rumahnya kami garap apa keberatan atau tidak, tidak pak. Karena kami sudah bebaskan, kami garap, lalu kami ratakan kembali (reklamasi) ada biaya dampak dan itu disepakati masyarakat dan pemerintah desa, hanya saja dibesar-besarkan oleh oknum yang mungkin iri,”katanya.

Adapun lahan di simpang tiga Torobulu dekat tower jaringan dihadang sejumlah emak-emak, Kasman mengaku itu lahan pribadinya lengkap dengan alas hak.

Bahkan, tower jaringan yang berdiri kokoh itu terletak pada lahannya. Salah satu perusahaan jaringan mengontrak tanah miliknya ukuran 20x 20 dan telah berjalan puluhan tahun, katanya akan berakhir 2027 nanti.

“Jadi kami menambang di lahan saya sendiri, saya malah sudah kordinasi dengan pihak pemilik tower jaraknya 20 meter dari tower walaupun itu berdiri di tanah saya. Masa iya saya kordinasi dengan yang demo itu, memangnya tanah mereka, lagi pula mereka jauh dari lokasi ini tapi tiba tiba mereka datang menghadang, lalu mereka video dan sebarkan videonya seolah kami, menyerobot, atau merusak fasilitas,”kesal Kasman.

Sehingga menurut dia sangat susah mempertemukan pendapat warga yang protes, sebab emak-emak yang hadang alat hanya sejumlah orang saja bukan pemilik lahan, jauh dari lokasi penambangan. Sementara tambah Kasman, warga dekat lokasi tidak keberatan.

“Kami juga bingung mereka tidak ada solusi, maunya kami jangan menambang, seandainya di lahan mereka, atau dekat dengan rumah mereka masuk akal, ini lahan saya, jauh dari mereka, kami kasih jarak 20 meter dari tower tapi mereka getol menolak, dan tidak memberi solusi,”sindirnya.

Intinya, tegas Kasman kepada awak media, pihaknya tidak menyalahi aturan dan siap berhadapan dengan hukum, bahkan ke ranah manapun persoalan itu dibawah.

Lahan Pa Kasman Humas PT WIN dekat tower jaringan

Salah satu tokoh masyarakat yang identitasnya minta disembunyikan ikut mengomentari perihal itu.

Kata dia, terhadap PT WIN. Beberapa tahun beroperasi di Torobulu telah memberikan dampak positif, antara lain membantu fasilitas dan inprastruktur desa. Bahkan menyiapkan satu buah mobil ambulan desa, ekonomi masyarakat meningkat.

PT WIN juga memberikan kompensasi dampak kepada seluruh masyarakat di Torobulu.

Dirinya bersaksi bahwa masyarakat pemilik tanah belakang rumahnya tidak ada yang keberatan karena semua bertandatangan dengan beberapa ketentuan disepakati.

Ia juga menilai PT WIN tidak salah baik secara yuridis maupun administrasi, hanya diperlukan pendekatan sosial kepada warga yang kurang sepakat atas aktivitas baru-baru ini di simpang tiga dekat tower jaringan.

Terhadap sejumlah emak-emak yang hadang alat berat PT WIN, tokoh masyarakat itu juga tidak menyalahkan, kendati mereka tidak masuk dalam kompleks lokasi penambangan, menurutnya wajar melakukan protes sebagai sebuah perwujudan hak berpendapat, dan bentuk kekhawatiran dampak di masa yang akan datang.

“Hanya emak-emak ini harus tau diri juga, ITU WIN menambang dilahannya sendiri, dan tidak menyalahi aturan, dan warga yang dekat rumahnya disitu tidak keberatan, karena mereka sudah sepakat ganti rugi, jarak, dan langsung reklamasi, kenapa orang lain yang bereaksi, kalau alasannya itu ibu-ibu yang datang demo mereka hanya antisipasi atau khawatir, atau panik jangan sampai alat berat pindah dekat rumah mereka, kan belumpi pindah, kan begitu logikanya,”paparnya.

Ditambahkannya, terkait video-video tiktok, beredar dinilainya propokatif, sebab kondisi sebenarnya tidak separah yang dikabarkan.

Setelah berjam- jam di Desa Torobulu, desa yang kaya akan sumber daya alam, kearifan lokal, dipenuhi ragam suku dan budaya, Tolaki, Muna, Bugis dan lainnya, tak terasa senja mulai berbisik hendak berganti shift. Sore pergi malam segera tiba, saat nya berbalik. Terimaksih Torobulu, damai dan sejahterah.

Laporan : AK

Komentar