Sekelumit Cerita Tentang Kepergian Ibu

Sultraupdate.id – Suasana peringatan “hari ibu” begitu ramai di media sosial ada yang benar benar merayakan ada pula yang hanya ikut ikutan dan di antara ribuan orang yang merayakan dan mengucapkan selamat hari ibu dengan bermacam macam status di media sosial nya whatssap maupun Instagram ada seorang anak muda yang merayakan dan mengucapkan dengan cara yang berbeda.

Ada seorang pemuda yang hatinya penuh luka. Dia tertawa, tapi matanya berbicara, Tentang rasa sakit yang tersembunyi di balik senyum, tapi di balik senyumnya, ada duka yang mendalam, dia berbagi tawa, tapi dia sendiri yang menangis, menyembunyikan air mata di balik wajah yang riang.

Di hari peringatan “hari ibu” Ia tidak merayakan tapi mencoba mengingat kembali dan berbagi cerita tentang kasih sayang ibu kepada anak.

“Dalam tulisan nya ia beri judul Sekelumit Cerita Tentang Kepergian Ibu”

Cerita dimulai Pada tanggal 13 Juni 2017.

Pagi itu, langit kurang cerah ia dibaluti dengan awan, berkabut hitam dan perasaan pun tak karuan, seolah itu menjadi alarm kalau hari itu akan terjadi sesuatu hal dan mengundang linang air mata.

Sekiranya pukul 07.00. Saya, bapak dan adik berangkat ke kebun melakukan aktifitas bertani dan memberi pakan terhadap hewan peliharaan (sapi). Saya pun menarik-narik sapi peliharaan, bergegas ke kebun, sesekali memukulnya jika mereka tidak patuh kepadaku.

Sebenarnya akses untuk masuk ke kebun tidak terlalu jauh dari lorong utama. Tapi entah kenapa hari itu saya berputar-putar di hutan bersama sapi peliharaan saya kurang lebih tiga puluh menit, padahal tidak biasanya lagipula saya sudah terbiasa lewat dijalan itu, memang perasaan saya kala itu tidak karuan seolah itu pertanda akan terjadi sesuatu yang tidak baik entah kepada saya ataupun dengan keluarga saya.

BACA JUGA :  Tujuh Puskesmas di Konawe Utara Peroleh Akreditasi Paripurna Pada FKTP

Sesampainya di kebun kami pun melakukan aktivitas sebagaimana aktivitas seorang petani, yakni membersihkan bagian-bagian pohon merica dan nilam sesekali menilik sapi peliharaan sedang menyantap dengan enaknya rerumputan.

Sekitar pukul 09.00, ada seorang tetangga tiba-tiba terlihat di kebun saya, padahal jarak kebun dan perkampungan lumayan jauh. Ternyata, ia datang menjemput bapak saya dan mengatakan “kamu harus pulang dulu, ada sesuatu penting yang terjadi di rumah”. Lalu, mereka pulang tanpa ada informasi yg jelas yg disampaikan.

Saya dan adik tetap melanjutkan aktivitas di kebun dengan perasaan yg tidak karuan dan mengundang rasa penasaran, dan penuh tanda tanya, kira-kira apa sebenarnya yang terjadi di rumah, belum lama mereka balik, kami pun bergegas menyusul pulang ke rumah.

Dipertengahan jalan kami tiba-tiba juga melihat seorang teman saya datang menghampiri kami, lalu saya bertanya “bikin apa kamu disini.? Lalu ia menjawab dengan spontannya dengan suara gemetar dan lirih, “MAMA KAMU SUDAH MENINGGAL” . Sepenggal kalimat itu langsung merasuk kedalam pikiran saya seolah tak percaya itu terjadi, beberapa kali saya melontarkan pertanyaan ke dia dengan nada tinggi dan penuh derai air mata “Apakah itu betul? Benar saja teman saya menjawab dgn polosnya “Iyah mama kamu sudah meninggal” dan Ia meraih tangan saya dan memeluk.

Setelah itu, saya pun berlari dan tidak menghiraukan adik dan teman saya, menangis terisak-isak. Sesampainya dirumah, benar saja tangisan langsung pecah saya pun dipeluk oleh mereka (tante) hingga saya jatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Innalilahi Wa Innailaihi Raji’un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali pada Allah SWT). Anakmu ini seolah tidak percaya atas kepergianmu.

BACA JUGA :  Kadin Kota Kendari Bakal Gelar Musyawarah Kota III 14 September Mendatang

*Permintaan Mama di Malam Tanggal 13 Juni*

Saban itu, berada di bulan Ramadhan dan pada malam harinya, sebelum mama tidur ia berpesan kepada saya “Nak, kalau kamu bangun sahur, simpankan ikan dan sayur untuk mama, untuk sarapan” Mama saya tidak puasa sebab ia sedang sakit. Lalu, kusimpan untuk sarapannya di lemari. Ternyata, sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya ia tidak sempat sarapan dan ikan serta sayur itu masih ada dalam dilemari.

“Menyediakan Takjil untuk Buka Puasa”
Tidak sarapannya Mama ternyata ia sibuk menyediakan Takjil untuk buka puasa dan makanan berat.

Sungguh mulia hatimu Ma, kasih sayangmu sepanjang masa dan tak ada yang bisa menggantikan keberadaanmu. Semoga kasih sayang yang telah engkau buktikan, kepada sosok terkasih (Bapak) maupun anak-anakmu senantiasa bernilai ibadah pada-Nya. Al-fatihah Mama, semoga Allah SWT senantiasa menempatkan di Jannah-nya.

Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

Artinya: “Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.”

Penulis : Irsan Teepo Mahasiswa IAIN kendari juga putra yang lahir dan besar di desa mataiwoi kecamatan angata kabupaten konawe selatan

(Anak Kedua dari lima bersaudara)

Komentar